Kamis, 17 Maret 2011

POLUSI

POLUSI
Mahardhika L. - 10208763

I. PENDAHULUAN
Polusi merupakan kata-kata yang menggambarkan perusakan lingkungan. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila:
1. jumlahnya melebihi jumlah normal
2. berada pada waktu yang tidak tepat
3. berada pada tempat yang tidak tepat

Sifat polutan adalah:
1. merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.
2. Merusak dalam jangka waktu lama.
Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.





II. MACAM-MACAM PENCEMARAN
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.

a. Menurut tempat terjadinya
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, tanah, dan suara.

1. Pencemaran udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut.
a. Gas HzS. Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi, bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
b. Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat mengganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di bumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas. Pemanasan global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumah kaca.
c. Partikel SOZ dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur, virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.
d. Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan menghasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida ber$ama dengan udara serta oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.

Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi. materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian.
Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per m3 udara.

2. Pencemaran air
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
a. Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.
b. Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di air berkurang Sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
c. Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis karena sinar matahari terhalang.

Salah satu bahan pencemar di laut adalah tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan karenanya. Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat penanggulangannya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut.
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.

3. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini :
a. sampah-sampah pla.stik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng
b. detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit diuraikan)
c. zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida

Cara penanganan polusi tanah adalah dengan remediasi yaitu, kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, daripada pembersihan off-site.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

4. Polusi suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.
Contoh cara penanggulangannya adalah dengan melapisi ruangan dengan bahan kedap suara, juga mengurangi volume suara saat menggunakan alat-alat elektronik.

b. Menurut macam bahan pencemar
Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut.
1. Kimiawi; berupa zat radio aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi), pupuk anorganik, estisida, detergen dan minyak.
2. Biologi; berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa.
3. Fisik; berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.

c. Menurut tingkat pencemaran
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang menyebabkan mata pedih.
2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa) di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi cacat.
3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.

III. PENUTUP
Pengertian inti dari polusi adalah pencemaran atau perusakan lingkungan. Biasanya kita mengasosiasikan polusi ini dengan polusi udara, padahal yang namanya polusi itu segala sesuatu pencemaran mulai dari air, udara, sampai polusi tanah. Semuanya tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan dan merugikan kehidupan manusia.
Persoalan kerusakan lingkungan khususnya di Negara berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks dan sudah menghawatirkan. Karena itu perlu kesadaran semua pihak untuk turut menangai pencemaran lingkungan. Melalui kebijakan dan aturan pemerintahjuga peranan masyarakat yang akan sangat berpengaruh dalam menjaga kelestarian lingkungan, baik, udara, tanah maupun air. Bahakn dapat mengurangi polusi suara.


IV. Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Polusi

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_tanah

http://id.shvoong.com/exact-sciences/astronomy/2011490-apa-penyebab-polusi-air/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air

http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/13/polusi-atau-pencemaran-lingkungan/

http://www.ayocintabumi.110mb.com/polusi.html

http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/14/polusi-suara/

ILLEGAL LOGGING

ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA
Mahardhika L. - 10208763

I. Pendahuluan
Saat ini hutan di Indonesia mendapat tekanan yang luar biasa akibat illegal logging (Pembalakan Liar) yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan. Khususnya Hutan Tropis, untuk wilayah Riau dan Kalimantan. Jika hutan ini habis dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, akan memberikan dampak dampak yang jelas,misalnya global warming,kepunahan flora dan fauna, dan terputusnya ekosistem dan rantai makanan.
Penyelenggaraan kehutanan dapat dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, namun hendaknya tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan. Mengingat sumber kehutanan merupakan bagian dari sumber daya alam yang memiliki peran ganda, di satu sisi berperan sebagai modal pertumbuhan ekonomi, dan di sisi lain berperan sebagai penyangga sistem kehidupan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya kehutanan harus dilakukan secara seimbang untuk menjamin kelangsungan pembangunan nasional.
Illegal logging sepertinya sudah menjadi kejahatan yang tidak saja merugikan Negara tetapi telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat. Dunia Internasional menyorot Indonesia sebagai Negara yang mengalami deforestasi tertinggi, ada anggapan dari dunia internasional bahwa Indonesia belum mampu sepenuhnya melaksanakan konsep-konsep perlindungan hutan.
Mengingat illegal logging (pembalakan liar) maupun log smuggling (penyelundupan kayu) rentan memicu timbulnya illegal timber trade (Perdagangan Kayu Ilegal ), maka selain diupayakan membangun komitmen di dalam negeri, pemberantasan illegal logging diperlukan juga komitmen internasional, yang dapat menjadi pembeli terbesar dalam illegal timber trade.
Usaha pemerintah dalam memerangi pembalakan liar akhir-akhir ini memang menunjukan kemajuan,seperti diberitakan di berbagai media massa. Salah satunya adalah pemberitaan yang dimuat ANTARA News, yakni Keberhasilan Indonesia menurunkan illegal logging sampai 75 persen dalam dekade terakhir merupakan bukti dari komitmen pemerintahan untuk ikut mengatasi tantangan perubahan iklim, serta mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.

Namun kita juga tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak pelaku intelektual yang terlibat dalam illegal logging. Memang tidak mudah menjerat pelaku pembalakan liar permasalahan illegal logging ini sangatlah kompleks tidak sebatas pada penebangan yang merusak, tetapi mencakup pula permasalahan yang lain seperti pemberian ijin yang tidak sesuai dengan kondisi aktual hutan, kolusi dalam pemberian jatah tebang tahunan, manipulasi volume kayu penebangan kayu yang tidak memiliki ijin dan sebagainya. Maka, setidaknya ada 16 institusi, termasuk, polisi militer, bea cukai dan kantor, pemerintah daerah, pelayanan penuntutan, dewan legislatif lokal, DPR dan Departemen Kehutanan sendiri, terlibat dalam penebangan liar.
Oleh karena itu sebenarnya disamping korupsi illegal logging layak dimasukan dalam extraordinary crime ( Kejahatan Luar Biasa ) hal ini mengingat illegal logging tidak saja bersifat regional namun sudah merupakan kejahatan transnasional.



II. Praktek dan penyebab Illegal Logging dan Illegal Timber Trade
Aktifitas yang berkaitan dengan illegal loging yang terjadi di beberapa Negara juga terjadi di Indonesia. Bebarapa aktifitas tersebut antara lain; penebangan di kawasan konservasi, penebangan di luar blok tebangan yang disahkan, kecurangan/manipulasi pembayaran pajak dan royalti, manipulasi dokumen penebangan dan perdagangan kayu, penebangan jenis kayu yang dilindungi dan lain-lain.
Terjadinya illegal logging dan illegal timber trade secara akumulatif disebabkan oleh adanya kesenjangan permintaan dan pasokan kayu, kemiskinan serta kinerja aparat pemerintah yang masih perlu ditingkatkan. Kondisi-kondisi semacam itu mengundang pembeli (lokal dan internasional) untuk menggerakan dan mengaktifkan “kegiatan ekonomi” Illeal Logging dan Illegal Timber Trade.
• Kesenjangan Pasokan Kayu
Banyak studi menunjukan bahwa beberapa tahun terakhir terjadi menurunnya pasokan kayu dibandingkan dengan kebutuhan konsumsinya. Data statistik kehutanan tahun 2004 menunjukan bahwa menurunnya pasokan kayu pada tahun 2002 mencapai 12 juta m3, sedangkan tahun 2003 mencapai 9 juta m3. Menurunnya pasokan kayu tersebut diperkirakan dipenuhi dari pasokan kayu yang tidak tercatat, dan kemungkinan besar berasal dari praktek illegal logging.
• Keterbelakangan
Masyarakat sekitar hutan pada umumnya dihuni oleh penduduk yang kehidupannya yang cenderung tertinggal dibanding kota-kota besar. Mereka belum tentu miskin atau tidak sejahtera diukur kedamaian hidup dan kecukupan sehari-hari yang dipenuhi dari sumber daya hutan sekitar mereka.
Tetapi mereka terbatas untuk mendapatkan sumber pendapatan secara tunai dan keterbatasan akses terhadap instrumen ekonomi modern misalnya pasar dan pengetahuan bisnis. Kelemahan tersebut dimanfaatkan oleh pembeli ilegal, sehingga penduduk tersebut tergerak untuk terlibat langsung kegiatan illegal logging.
Para pembeli ilegal memicu kesenjangan sosial dan pergeseran-pergeseran nilai budaya, dari survey yang pernah dilakukan justru di daerah sensitif konflik etnis kegiatan illegal logging semakin marak.
• Penguasa
Indonesia mengalami perubahan politik pada tahun 1998 (reformasi). Perubahan politik yang diikuti perubahan tata pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik, banyak menguras energi politik bangsa secara keseluruhan.
System kepemerintahan harus dibangun kembali sesuai dengan tuntutan perubahan politik. Hingga saat ini pembangunan sisitem pemerintahan belum selesai, dampaknya adalah energi yang seharusnya untuk pelayanan fungsi pemerintah banyak dialihkan untuk menyelesaikan persoalan ditubuh pemerintahan, sehingga hal-hal yang menyangkut kinerja penegakan hukum dan pemulihan kepemerintahan belum dapat memenuhi harapan.

III. Dampak illegal logging dan illegal timber trade
• Berkurangnya luas hutan
Perkembangan illegal logging di Indonesia menunjukkan gejala adanya masalah yang serius, bukan saja pengaruhnya terhadap perekonomian namun juga terhadap lingkungan. Kondisi yang serupa juga akan dialami oleh pulau Kalimantan jika pada tahun 1900 hampir seluruh wilayahnya masih tertutup hutan.
Keadaan berubah dengan sangat cepat setelah tahun 2000 termasuk pulau-pulau yang lain di Indonesia. Bank Dunia pada tahun 2001 meramalkan bahwa apabila tidak ada tindakan yang nyata dan berhasil dalam menghadapi praktek illegal logging, hutan–hutan di Sumatera akan menurun dengan sangat cepat. Seluruh hutan daratan rendah di pulau Sumatera akan habis sebelum tahun 2010.
• Bencana Alam
Salah satu penyebab dari bencana alam yang seringkali menimpa Indonesia adalah makin berkurangnya forest cover di Indonesia. Di beberapa daerah Pulau Jawa dan Sumatera bencana banjir dan tanah longsor setiap tahun meningkat frekuensi dan intensitasnya. Disebagian daerah Kalimantan dan Sulawesi yang dulunya tidak pernah mengalami banjir, beberapa tahun terakhir mengalami banjir.
Seiring dengan menurunnya luas hutan. Berbagai bencana tersebut dalam hal-hal tertentu dapat berpengaruh terhadap produksi pangan dan penurunan produktifitas masyarakat. Disamping itu pemerintah akan menanggung beban tambahan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi atas kerusakan yang terjadi. Sementara itu masyarakat akan menanggung beban atas kehilangan jiwa dan harta.
• Kerugian Ekonomi
Banyak studi yang dilakukan oleh berbagai pihak yang memperkirakan kerugian yang terjadi akibat aktifitas illegal logging dan illegal timber trade rata-rata tiap tahun Indonesia mengalami kerugian sebesar 30 triliun rupiah atau setara dengan kurang lebih 50 juta M3 Kayu. Aktifitas illegal logging juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kondisi makro perekonomian Negara. Penyelundupan kayu yang besar menekan industri produk kayu domestic melalui 2 cara. Pertama terjadi kekurangan suplai bahan baku industri dan kedua tekanan harga internasional.

IV. Upaya Yang Dilakukan dalam Penanggulangan Illegal Logging dan Illegal Timber Trade
Upaya yang harus dilakukan pemerintah dalam rangka penangggulangan Illegal logging dan illegal timber trade antara lain :
• Lakukan pengawasan/larangan perambahan hutan di kawasan hutan lindung maupun wilayah konservasi.
• Memperketat pemberian ijin tebang kepada para pengusaha pemegang HPH.
• Memberi sangsi yang berat terhadap para pelaku illegal logging dan illegal timber trade bila perlu dikenai pasal yang berlapis tidak saja dijerat dengan UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup atau UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem tapi dijerat dengan UU No. 20 Tahun 2001 ( UU Tindak Pidana Korupsi ).
Penerapan UU Tindak Pidana Korupsi didasarkan atas ; “Illegal Logging tersebut hanya merupakan sarana bagi pelaku untuk memperkaya diri , kerugian Negara akibat illegal logging cukup besar dan terjadi dalam bentuk seperti pemberian surat ijin yang tidak sesuai, pemberian jatah tebang, menerima suap dari penebang kayu hingga pengrusakan terhadap hutan” .
Penerapan UU tersebut untuk memberikan sangsi yang lebih tajam , memberikan efek jera dan daya tangkal yaitu berupa pidana mati atau penjara seumur hidup disamping pidana tambahan berupa uang pengganti denda.
• Memperbaiki mental aparat penegak hukum, hal ini disebabkan hingga saat ini penanganan kasus illegal loging hanya menyentuh kulitnya saja sedangkan para actor intelektual masih bebas berkeliaran. Hal ini dapat dipastikan terjadi karena ada sesuatu yang salah dalam proses pembrantasan illegal logging (terjadi penyuapan terhadap aparat oleh pembeli ilegal).
• Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam proses pembrantasan Illegal Logging dan Illegal Timber Trade guna mencegah adanya tumpang tindih (overlapping) penerapan hukum.
• Meningkatkan kerjasama dengan Negara-negara lain dalam upaya mencegah peredaran kayu illegal yang berasal dari Indonesia.

VI. Penutup
Dari Uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Illegal Logging dan Illegal Timber Trade di Indonesia telah berlangsung dengan intensitas tinggi dan Indonesia telah banyak menderita karena dampaknya. Apabila kecendeurngan tersebut terus berlangsung maka dampak tersebut akan semakin berat dan akan ditanggung oleh generasi selanjutnya.
Dalam pembangunan kehutanan kedepan perlu dilakukan terobosan. Mengacu kepada sistem hukum, maka perlu adanya perbaikan yang diarahkan kepada upaya mengeliminir segala sesuatu yang selama ini dipandang berpengaruh negatip terhadap penegakkan hukum dan pembangunan kehutanan.
Perlu adanya kesadaran nasional dan serta komitmen untuk memelihara dan menjaga kelestarian hutan, agar hutan dapat memberikan kontribusi nilai ekonomis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia, serta memberikan daya dukung lingkungan hidup baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
V. Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembalakan_liar

http://ediegood.wordpress.com/2009/09/08/kerusakan-hutan-indonesia-sebagai-dampak-dari-illegal-logging-dan-illegal-timber-trade/

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2003/12/22/brk,20031222-21,id.html

http://forum.detik.com/dki-satu-pohon-ditebang-diganti-sepuluh-pohon-baru-t235779.html

http://www.illegal-logging.info/item_single.php?it_id=1157&it=news

http://www.antaranews.com/berita/1279221852/illegal-logging-indonesia-turun-75-persen

GLOBAL WARMING

GLOBAL WARMING
Mahardhika L. - 10208763


I. Pendahuluan
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia (efek rumah kaca). Selain efek rumah kaca ditemukan juga penyebab lain pemanasan global, yaitu efek umpan balik penguapan air dan juga variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.






II. Penyebab Pemanasan Global

• Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin, sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global. Karena suhu Bumi yang semakin panas, terjadi perubahan iklim dunia atau yang disebut Climate Change.
Gas rumah kaca yang menyebabkan Global Warming ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan dalam berbagai aktivita kehidupan manusia seperti industri dan transportasi. Jika peningkatan suhu Bumi dibiarkan, maka seluruh es yang ada di Bumi ini akan mencair dan akibatnya permukaan laut akan naik. Inilah yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perubahan muka daratan bumi.

• Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air.
Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.


Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

• Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.


III. Dampak Pemanasan Global

• Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

• Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

• Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

• Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease.
Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

IV. Pengendalian Pemanasan Global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

V. Penutup
Sebenarnya kita tidak memerlukan perubahan yang radikal untuk membantu Bumi ini menjadi lebih bersahabat. Kita dapat mengubah beberapa rutinitas yang dapat menurunkan "jejak karbon". Kita dapat mencari bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan tidak mengeluarkan emisi gas rumah kaca.Yang pada akhirnya akan menghemat uang kita juga. Dan, inti yang terpenting adalah kita memberikan anak cucu kita tempat yang lebih baik untuk ditinggali.

VI. Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://library.thinkquest.org/CR0215471/global_warming.htm&ei=e66BTdGzL5G0rAfJ